| Neurosains vs Neurologi: Beda Tapi Dekat, Yuk Kenalan! (Pinterest/Iconscout) |
MLID - Dear MLID-Frends.. Pernah nggak sih kamu bingung bedain antara neurosains sama
neurologi?
Keduanya sama-sama ngomongin soal otak, tapi ternyata beda
loh jalurnya! Nah, sebelum kita nyemplung lebih dalam ke dunia seru tentang
otak manusia yang katanya pusat dari semua pikiran, perasaan, dan kenangan kita.
Yuk kita kenalan dulu sama dua bidang ini.
Santai aja, neurosains dan neurologi itu bukan cuma buat
calon dokter atau ilmuwan doang, tapi buat siapa aja yang penasaran gimana sih
cara kerja otak kita yang super keren ini!
Apa itu Neurosains?
Neurosains itu sederhananya adalah ilmu yang mempelajari
otak. Tapi jangan salah, bukan cuma otak sebagai organ fisik aja ya, melainkan
sampai ke tingkat sel, molekul, fungsi, bahkan kaitannya
dengan perilaku manusia dan kesehatan mental.
Lewat neurosains, kita bisa ngerti lebih dalam soal gangguan yang berhubungan
dengan otak, kayak:
- Down
syndrome
- Autism
spectrum disorder (ASD)
- ADHD
- Skizofrenia
- Alzheimer
- Demensia
- Epilepsi
- Gangguan
imun seperti multiple sclerosis
Dengan mempelajari cara kerja otak, harapannya, kita bisa
nemuin cara diagnosis yang lebih akurat dan perawatan yang lebih
efektif buat gangguan-gangguan ini. Menarik banget, kan?
Yang keren dari neurosains, bidang ini interdisipliner
banget. Artinya, dia bersinggungan dengan berbagai ilmu lain kayak matematika,
linguistik, ilmu komputer, kimia, fisika, filsafat, sosiologi, sampai
kedokteran. Jadi kalau kamu suka berbagai bidang, neurosains bisa jadi tempat
bertemu semua passion-mu!
Kalau Neurologi Itu Apa?
Nah, sekarang ngomongin neurologi.
Kalau neurosains lebih banyak riset dan eksperimen buat ngerti
cara kerja otak, neurologi itu praktik langsung buat mendiagnosa
dan merawat pasien yang punya masalah di sistem saraf.
Yang menjalani profesi ini adalah dokter spesialis
neurologi, biasa disebut neurolog. Jadi mereka memang dokter medis yang
tugasnya berhubungan langsung dengan pasien. Mulai dari cek gangguan saraf,
diagnosis penyakit, sampai kasih terapi atau perawatan.
Terus, Neuroscientist Itu Harus Dokter Juga?
Nggak harus!
Kalau kamu mau jadi neuroscientist (peneliti di bidang neurosains),
latar belakang pendidikanmu bisa macam-macam, nggak cuma dari kedokteran. Bisa
dari psikologi, fisika, matematika, biologi, ilmu komputer, bahkan kimia.
Tergantung kamu mau mendalami aspek neurosains yang mana. Misalnya, kalau kamu
mau fokus ke pengembangan AI yang meniru kerja otak manusia, latar belakang
ilmu komputer bisa banget masuk ke neurosains.
Kenapa Psikologi Nyambung ke Neurosains?
Banyak orang bertanya, "Kalau kuliah Psikologi, kenapa
belajar neurosains?"
Jawabannya simpel: Psikologi dan Neurosains saling berhubungan erat.
Psikologi mempelajari aspek-aspek seperti:
- Kepribadian
- Pemikiran
- Perilaku
- Perasaan
Semua itu kan berakar dari otak! Jadi, buat memahami
kenapa kita bisa berpikir, merasa, dan bertindak seperti sekarang, kita perlu
ngerti juga gimana otak kita bekerja.
That's why, neurosains itu penting banget buat melengkapi ilmu psikologi.
Karena, seperti kata pepatah modern, "The brain is who you are now."
Tanpa otak, ya nggak ada "kamu" yang berpikir,
merasa, atau bermimpi.
Singkatnya, neurosains dan neurologi sama-sama
mempelajari otak, tapi:
- Neurosains:
fokus ke riset dan pengembangan pemahaman tentang otak.
- Neurologi:
fokus ke praktik medis buat merawat pasien dengan gangguan
otak.
Keduanya penting banget buat dunia kesehatan mental dan
fisik.
Semoga penjelasan ini bisa bikin kamu lebih paham, ya! Nanti di artikel
selanjutnya, kita bakal bahas lebih lanjut tentang berbagai cabang neurosains
yang nggak kalah seru!
Sampai ketemu lagi, Sobat! Jangan lupa tetap penasaran dan
terus belajar!***