![]() |
| (Pict: Pexels/cottonbro studio) |
Apa Itu OCD? Jenis Gangguan Mental yang Sering Disalahpahami!
Mindfulliving.id - Pernah nggak sih kamu merasa harus banget nyuci tangan sampai lima kali cuma karena tadi pegang gagang pintu? Atau bolak-balik ngecek apakah kompor udah dimatikan, padahal udah yakin banget tadi udah kamu putar ke posisi "off"?
Kalau iya, mungkin kamu pernah dengar orang bilang, “Ah,
kamu OCD banget sih!” Tapi, sebenarnya apa itu OCD? Apakah itu cuma soal
suka kebersihan dan perfeksionis? Eits, tunggu dulu. Yuk, kita bahas
bareng-bareng biar kamu nggak gagal paham!
OCD Itu Bukan Sekadar Suka Kebersihan, Bro!
Obsessive-Compulsive Disorder alias OCD itu adalah
gangguan mental yang bikin penderitanya terjebak dalam dua hal: obsesi dan kompulsi.
Obsesi di sini bukan kayak naksir berat sama seseorang, ya,
tapi lebih ke pikiran atau ketakutan yang datang terus-menerus dan nggak bisa
dikontrol.
Misalnya, takut banget kuman meskipun baru cuci tangan, atau
khawatir rumah kebakaran karena merasa kompor belum dimatikan (padahal udah
lima kali dicek!).
Nah, kompulsi adalah aksi atau ritual yang dilakukan untuk
meredakan rasa cemas akibat obsesi tadi. Bisa berupa cuci tangan berulang kali,
menata barang sampai simetris banget, atau bolak-balik ngunci pintu.
Masalahnya, kebiasaan ini sering makan waktu dan tenaga,
bahkan bisa mengganggu aktivitas harian. Jadi bukan cuma “suka bersih” aja ya,
tapi lebih dalam dan kompleks.
Gejala OCD Bisa Macam-Macam, Nggak Melulu Cuci Tangan
Biar kamu nggak salah kaprah, penting untuk tahu kalau
gejala OCD itu luas banget. Nggak semua penderita OCD suka bersih-bersih, lho!
Ada yang obsesif soal simetri, jadi harus banget naruh barang sesuai garis yang
pas.
Ada juga yang punya pikiran mengganggu soal hal-hal tabu,
kayak kekerasan atau agama, dan kompulsinya bisa berupa berdoa berkali-kali
atau ritual khusus supaya pikirannya “terhapus.”
Yang bikin OCD beda dari kebiasaan biasa adalah intensitas
dan frekuensinya. Penderita OCD bisa menghabiskan waktu berjam-jam cuma buat
menenangkan pikirannya lewat aksi kompulsif.
Dan itu melelahkan banget, baik secara fisik maupun mental.
Fokus kerja terganggu, hubungan sosial juga bisa kacau.
Jadi, Penyebab OCD Itu Apa Sih?
Pertanyaan yang sering muncul: “Kenapa seseorang bisa kena
OCD?” Jawabannya nggak sesederhana itu. Sampai sekarang, belum ada satu
penyebab pasti. Tapi para ahli percaya kalau OCD bisa dipicu oleh kombinasi
beberapa faktor, seperti:
- Genetik:
Kalau ada anggota keluarga yang punya OCD, risikomu bisa lebih tinggi.
- Biologis:
Ketidakseimbangan zat kimia otak (seperti serotonin) juga dipercaya punya
peran.
- Lingkungan:
Pengalaman traumatis, stres berat, atau pola asuh yang terlalu ketat bisa
memicu munculnya OCD.
Yang pasti, OCD bukan karena kurang ibadah, kurang
bersyukur, atau lemah iman—ini kondisi medis yang real dan butuh perhatian
serius. Jadi, yuk stop stigma dan mulai bangun empati.
Kapan Harus Cari Bantuan?
Kadang orang mikir, “Ah, ini cuma kebiasaan aja, nanti juga
hilang sendiri.” Tapi kalau kamu atau orang terdekatmu mulai merasa gejala OCD
udah bikin stres, susah kerja, atau susah menikmati hidup, itu tandanya kamu
butuh bantuan profesional.
Pengobatan OCD biasanya melibatkan terapi perilaku kognitif
alias Cognitive Behavioral Therapy (CBT), terutama pendekatan Exposure
and Response Prevention (ERP).
Terapi ini ngajarin kamu untuk menghadapi rasa takut secara
perlahan dan belajar nahan diri buat nggak melakukan kompulsi. Selain itu,
dokter juga bisa kasih obat tertentu, terutama jenis antidepresan seperti SSRI,
buat bantu menstabilkan zat kimia otak.
Yang penting, jangan diagnosa sendiri dan jangan juga
menyalahkan diri. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang kamu untuk
bisa mengelola OCD dan hidup lebih tenang.
Nah, sekarang kamu udah lebih paham kan apa itu OCD?
Ini bukan sekadar soal suka bersih, rewel, atau perfeksionis. OCD adalah
gangguan mental yang serius, tapi bukan berarti nggak bisa dikendalikan.
Dengan terapi yang tepat, dukungan dari orang sekitar, dan pemahaman yang baik, penderita OCD bisa menjalani hidup yang normal dan produktif, kok. Yuk, mulai dari sekarang, lebih peka terhadap kesehatan mental—baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Jangan ragu buat cari bantuan kalau kamu merasa perlu,
karena kamu berhak hidup dengan damai dan bebas dari siklus obsesi-kompulsi
yang melelahkan. Mental health itu penting, dan kamu nggak sendiri.(***)
