![]() |
| Pict: Pexel/Pixabay |
Gejala OCD: Kenali Tanda-Tanda Obsesi dan Kompulsi Sejak Dini
Mindfulliving.id – Kamu pernah kepikiran buat cuci tangan
terus-terusan cuma karena ngerasa “belum bersih”? Atau kamu suka banget nyusun
barang sampai sejajar, bahkan rela bongkar ulang kalau kurang simetris? Bisa
jadi sih kamu cuma teliti atau suka rapi.
Tapi kalau perilaku ini bikin kamu cemas, stres, atau sampai
ganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi kamu sedang mengalami gejala OCD
alias Obsessive-Compulsive Disorder.
Nah, biar nggak salah paham dan bisa lebih aware, yuk kita
bahas lebih dalam tentang tanda-tanda OCD!
Apa Itu Gejala OCD? Yuk, Pahami Dulu Dasarnya
Sebelum kita bahas lebih jauh, penting banget buat tahu
kalau gejala OCD terbagi jadi dua komponen utama: obsesi dan kompulsi.
Ibarat lagu duet, dua hal ini seringkali datang beriringan dan saling
memperkuat satu sama lain.
Obsesi itu kayak gangguan dalam pikiran—berulang, bikin
cemas, dan sulit dikendalikan. Sementara kompulsi adalah aksi atau perilaku
yang kita lakukan supaya bisa meredakan kecemasan tadi, walaupun cuma
sementara.
Tapi ingat, ini bukan soal “sekadar punya kebiasaan unik”,
ya. Gejala OCD bisa sangat melelahkan dan mengganggu hidup kalau nggak
ditangani dengan tepat.
Obsesi
Obsesi dalam OCD bukan cuma sekadar pikiran random yang
lewat di kepala. Ini adalah dorongan mental yang datang berulang-ulang, terasa
mengganggu, dan bikin kamu nggak tenang.
Kadang malah bikin kamu mempertanyakan kewarasan
sendiri—padahal ini bagian dari gangguan yang nyata dan bisa ditangani, lho.
Contoh obsesi yang sering dialami:
- Takut
kotor atau terkontaminasi: Merasa segalanya kotor, bahkan setelah cuci
tangan berkali-kali.
- Khawatir
akan bahaya: Takut kalau kamu lupa matikan kompor, kunci pintu, atau
takut menyakiti orang tanpa sengaja.
- Butuh
simetri dan keteraturan: Merasa terganggu banget kalau barang nggak
disusun dengan rapi atau posisi nggak pas.
- Pikiran
agresif atau tabu: Terlintas pikiran menyakiti diri atau orang lain,
atau pikiran yang bertentangan sama nilai pribadi.
- Keyakinan
aneh pada angka atau ritual: Misalnya percaya angka tertentu bisa bawa
sial atau harus ngelakuin sesuatu dalam hitungan spesifik.
Semua ini bisa bikin kamu overthinking sampai nggak bisa
fokus ke hal lain. Melelahkan, kan?
Kompulsi
Kalau obsesi adalah pemicunya, kompulsi adalah responsnya.
Biasanya, kompulsi dilakukan biar kecemasan yang muncul karena obsesi bisa
“mereda”. Tapi yang sering terjadi, malah makin bikin kamu terjebak dalam
siklus yang nggak ada ujungnya.
Beberapa bentuk kompulsi yang umum:
- Cuci
tangan atau bersih-bersih ekstrem: Sampai tangan lecet atau habis
waktu berjam-jam buat bersihin satu spot.
- Ngecek
berulang: Kunci pintu, kompor, atau lampu dicek terus meski udah
yakin.
- Menghitung
atau mengulang tindakan: Ngelangkah dengan pola tertentu, ngucap
kalimat tertentu, atau melakukan hal dengan hitungan “aman”.
- Menata
barang: Semua harus rapi dan simetris. Satu hal melenceng sedikit,
bisa bikin kamu mulai dari awal lagi.
- Ritual
mental: Kayak berdoa terus, mengulang kata tertentu di kepala, atau
menyusun ulang ingatan biar “aman”.
Masalahnya, kompulsi ini bukan cuma makan waktu, tapi juga
bisa menguras energi emosional dan fisik.
Gejala OCD Bisa Mengganggu Kehidupan Sehari-hari
Gejala OCD nggak cuma ada di kepala. Dampaknya bisa terasa
banget dalam kehidupan nyata. Misalnya, kamu butuh satu jam lebih setiap pagi
cuma buat ritual sebelum berangkat kerja.
Atau kamu ngerasa malu dan nggak nyaman karena orang-orang
mulai mempertanyakan perilakumu. Akibatnya:
- Waktu
produktif terbuang percuma: Ritual dan kompulsi bisa makan waktu
berjam-jam.
- Stres
dan kelelahan mental: Karena pikiran nggak berhenti “berisik” dan kamu
terus merasa bersalah.
- Gangguan
sosial: Takut dinilai aneh, akhirnya memilih menghindar dari
pergaulan.
- Kesulitan
akademis atau kerja: Sulit fokus, sering telat, atau kehabisan energi
karena gejala OCD.
- Masalah
kesehatan fisik: Cuci tangan berlebihan bisa bikin iritasi, lecet,
bahkan infeksi kulit.
Kalau udah sampai tahap ini, penting banget untuk segera
cari bantuan profesional.
Kapan Harus Konsultasi ke Ahli?
Kamu mungkin bertanya-tanya, “Apakah aku cuma perfeksionis
atau udah masuk OCD?” Nah, kalau obsesi dan kompulsi kamu:
- Mengganggu
aktivitas sehari-hari,
- Bikin
stres berat atau depresi,
- Makan
waktu lebih dari 1 jam per hari,
- Dan
kamu merasa nggak bisa mengontrolnya,
Maka itu sinyal kuat buat cari bantuan dari psikolog atau
psikiater. Jangan tunggu sampai gejala makin parah.
Biasanya, penanganan terbaik untuk OCD adalah gabungan terapi
perilaku kognitif (CBT) dengan teknik Exposure and Response Prevention
(ERP).
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan seperti Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) juga bisa membantu menyeimbangkan
kondisi kimia di otak.
Sekarang kamu udah tahu kan, gejala OCD itu bukan hal
sepele? Tapi tenang, kamu nggak sendirian dan ini bukan akhir dunia. Dengan
bantuan profesional dan support dari orang terdekat, kamu bisa kok hidup normal
dan bahagia lagi.
Jangan malu buat cerita dan minta pertolongan karena mental
health itu sepenting fisik, dan kamu pantas buat punya hidup yang tenang dan
seimbang.(***)
