![]() |
| Pict: Pexels/Darya Sannikova |
Penyakit OCD Adalah Kondisi Serius, Bukan Sekadar “Perfeksionis Banget”!
Mindfulliving.id – Kamu pasti pernah dengar kalimat, “Eh,
kamu OCD banget sih, rapi banget meja kamu!” atau “Dia pasti kena OCD, soalnya
suka banget bersih-bersih.”
Nah, meskipun kedengarannya sepele dan sering dijadikan
bahan candaan, kenyataannya penyakit OCD adalah sesuatu yang jauh lebih
dalam daripada sekadar suka kebersihan atau rapi.
Obsessive-Compulsive Disorder alias OCD adalah gangguan
mental yang bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya, bukan
cuma tentang kerapian atau kebiasaan lucu.
Yuk, kita bahas tuntas apa sebenarnya penyakit OCD itu,
gimana gejalanya, penyebabnya, dan yang paling penting: kenapa kita harus
peduli dan nggak asal melabeli seseorang.
Penyakit OCD Adalah Kombinasi Obsesi dan Kompulsi
Kalau kamu penasaran apa yang bikin OCD begitu rumit,
jawabannya terletak pada dua elemen utamanya: obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah pikiran atau dorongan yang muncul
terus-menerus, nggak diundang, dan bikin cemas luar biasa. Sementara kompulsi
adalah aksi atau ritual yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan akibat obsesi
tadi.
Tapi sayangnya, kompulsi ini seringkali justru memperpanjang
penderitaan karena membuat si penderita terjebak dalam siklus berulang yang
melelahkan.
Misalnya nih, seseorang dengan OCD bisa terus-terusan
kepikiran bahwa tangannya kotor penuh kuman, walau baru aja cuci tangan.
Akibatnya, dia akan mencuci tangan berkali-kali sampai kulitnya kering atau
bahkan luka.
Atau ada juga yang bolak-balik ngecek kompor, pintu, atau
jendela, hanya karena ada rasa takut bahwa ada bahaya yang akan terjadi kalau
dia nggak ngecek ulang. Padahal, semuanya udah aman.
OCD Bisa Mengganggu
Yang bikin penyakit OCD serius adalah karena obsesi
dan kompulsi ini bukan cuma memakan waktu, tapi juga bikin capek secara fisik
dan mental.
Bayangin aja, setiap hari kamu harus menyelesaikan berbagai
ritual sebelum bisa beraktivitas, dan kalau nggak dilakukan, kamu akan merasa
gelisah, panik, bahkan merasa bersalah.
Nggak jarang, penderita OCD juga merasa malu dan memilih
menyembunyikan kebiasaannya dari orang lain. Hal ini bikin mereka menjauh dari
lingkungan sosial, sulit fokus di sekolah atau pekerjaan, dan bisa merasa
kesepian karena merasa “aneh sendiri”.
Jadi, nggak heran kalau OCD juga bisa memicu masalah
kesehatan mental lain seperti depresi atau gangguan kecemasan lainnya.
Penyebab Penyakit OCD
Sampai sekarang, para ahli belum menemukan penyebab tunggal
dari OCD. Tapi, berdasarkan penelitian, penyakit OCD adalah hasil dari
kombinasi berbagai faktor. Yang pertama, faktor genetik.
Kalau ada anggota keluarga yang juga punya OCD, kemungkinan
kamu juga bisa mengalaminya. Kedua, faktor biologis. Ada kemungkinan otak
penderita OCD memiliki ketidakseimbangan zat kimia seperti serotonin, yang
memengaruhi cara otak mengatur pikiran dan emosi.
Selain itu, pengalaman hidup juga bisa berpengaruh. Trauma
masa kecil, pola asuh yang sangat ketat, atau stres berkepanjangan bisa memicu
munculnya gejala OCD, terutama kalau orang tersebut sudah punya kecenderungan
bawaan.
Jadi, ini bukan soal kurang iman, kurang bersyukur, atau
terlalu banyak nonton film horor, ya. Ini murni masalah kesehatan mental.
Penanganan OCD
Kabar baiknya, penyakit OCD adalah kondisi yang bisa
dikelola dengan baik. Salah satu pendekatan paling efektif adalah terapi
perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT), khususnya teknik Exposure
and Response Prevention (ERP).
Terapi ini dirancang buat bantu penderita menghadapi rasa
takutnya secara bertahap tanpa melakukan kompulsi. Semakin sering dilatih,
semakin otak belajar bahwa ketakutan itu nggak selalu harus ditanggapi dengan
ritual.
Selain terapi, dokter juga bisa meresepkan obat-obatan
tertentu seperti antidepresan golongan SSRI yang bisa bantu mengatur
keseimbangan zat kimia di otak.
Tentu saja, semua ini harus dilakukan di bawah pengawasan
tenaga profesional kesehatan mental, bukan coba-coba sendiri ya.
Dan yang paling penting, kalau kamu atau orang terdekat kamu
menunjukkan tanda-tanda OCD, jangan takut untuk mencari bantuan. Semakin cepat
ditangani, semakin besar peluang untuk mengelola gejalanya dan menjalani hidup
yang lebih tenang dan produktif.
Kini kamu tahu, penyakit OCD adalah sesuatu yang jauh
lebih serius daripada sekadar "suka bersih". Ini adalah perjuangan
harian yang nyata, yang bisa membuat hidup terasa sangat terbatas kalau tidak
ditangani dengan baik.
Tapi, dengan dukungan dan penanganan yang tepat, penderita
OCD bisa bangkit, berdaya, dan hidup dengan kualitas yang jauh lebih baik.
Jadi mulai sekarang, yuk ubah cara kita memandang OCD. Bukan
dengan stigma, tapi dengan empati dan pemahaman. Karena semua orang berhak
untuk merasa damai, termasuk mereka yang sedang berjuang dengan pikirannya
sendiri.(***)
