![]() |
| Belajar Hidup Penuh Kesadaran dari Miyamoto Musashi, Samurai Legendaris Jepang (Pixabay/Samueles) |
MindfulLiving.id - Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana cara menjalani hidup
dengan penuh kesadaran, atau mindful? Hidup yang tidak dipenuhi dengan
pikiran yang berantakan, tidak dibayang-bayangi oleh overthinking, dan bisa
fokus pada apa yang benar-benar penting?
Jika ya, maka kisah hidup Miyamoto Musashi—samurai paling
legendaris sepanjang sejarah Jepang—patut untuk kamu pelajari.
Siapa Miyamoto Musashi?
Miyamoto Musashi adalah seorang samurai Jepang yang terkenal
sebagai ahli duel pedang yang tak tertandingi. Musashi memenangkan duel
pertamanya pada usia 13 tahun dan sebelum mencapai usia 30 tahun, ia sudah
memenangi lebih dari 60 duel—dan semuanya dimenangkan tanpa terkalahkan
sekalipun.
Di masa itu, duel
bukanlah permainan pertarungan satu lawan satu bisa berakhir dengan kematian
hanya dalam hitungan detik. Butuh konsentrasi dan ketenangan luar biasa untuk
bisa bertahan hidup, apalagi menang.
Namun, pencapaian Musashi tidak hanya soal keterampilan
fisik. Ia adalah sosok yang menjalani hidupnya dengan sangat fokus dan
berkesadaran tinggi, sebuah prinsip yang kini kita kenal dengan istilah mindfulness.
Dokkōdō: 21 Prinsip Hidup dari Musashi
Beberapa waktu sebelum meninggal karena kanker, Musashi
menulis karya-karya yang mencerminkan filosofi hidupnya. Salah satunya adalah Dokkōdō,
yang berarti "Jalan
Kesendirian" atau "The Way of Walking Alone".
Dalam teks ini, ia merangkum 21 ajaran penting untuk menjalani hidup yang penuh
kesadaran dan kekuatan batin.
Berikut ini adalah rangkuman dan interpretasi tiga pilar
utama dari ajaran Dokkōdō:
1. Menerima Keadaan Apa Adanya
Ajaran pertama Dokkōdō menyatakan: “Terimalah
segala sesuatu sebagaimana adanya.”
Kita sering menolak kenyataan—baik tentang diri sendiri,
orang lain, maupun dunia sekitar. Banyak dari kita takut mengakui kelemahan
atau bahkan kelebihan yang dimiliki. Penyangkalan ini justru menghambat
perkembangan diri dan menciptakan ketidakfokusan dalam hidup.
Ketika kita tidak bisa menerima kekurangan, kita tidak akan
tahu dari mana harus memulai perbaikan.
Begitu juga ketika kita tidak mampu melihat kelebihan kita
sendiri, kita jadi kehilangan arah dan tujuan. Musashi mengingatkan bahwa
penerimaan adalah langkah pertama menuju kehidupan yang kuat dan bermakna.
2. Mengendalikan Nafsu
Banyak ajaran Dokkōdō yang menekankan pentingnya
melepaskan diri dari nafsu dan keinginan yang mengikat. Misalnya: “Lepaskan
dirimu dari keinginan yang membelenggu hidupmu” dan “Jangan bertindak
hanya karena cinta dan nafsu.”
Nafsu sering membuat kita bertindak tanpa berpikir panjang.
Misalnya, makan hanya karena enak tanpa memperhatikan dampaknya bagi kesehatan,
atau mengejar uang tanpa tahu apa tujuan akhirnya.
Musashi mengajarkan bahwa kunci mengendalikan nafsu adalah
menyadari alasan di balik tindakan kita. Saat kita sadar kenapa kita melakukan
sesuatu, kita bisa memilih langkah yang lebih bijak, bukan yang sekadar
memuaskan hasrat sesaat.
3. Bertanggung Jawab Atas Hidup Sendiri
Salah satu kutipan menarik dari Dokkōdō adalah: “Hormatilah
Tuhan, tapi jangan berharap bantuan-Nya.”
Musashi ingin kita menjadi individu yang mandiri. Banyak
orang terlalu mengandalkan faktor eksternal yaitu orang tua, pasangan, atasan, bahkan
doa tanpa menguatkan pondasi dalam dirinya sendiri.
Dalam hidup, satu-satunya orang yang akan selalu ada
bersamamu dari awal sampai akhir adalah dirimu sendiri. Oleh karena itu, kamu
harus mampu mengandalkan dirimu terlebih dahulu sebelum bergantung pada orang
lain.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Miyamoto Musashi?
Musashi bukan hanya seorang samurai, tapi juga seorang
filsuf kehidupan. Ia menunjukkan bahwa ketangguhan fisik harus disertai dengan
kekuatan mental. Hidupnya adalah contoh nyata bahwa untuk bisa fokus, kita
perlu:
- Menerima
diri dan kenyataan secara utuh
- Mengendalikan
dorongan sesaat yang bisa menyesatkan
- Bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap hidup kita sendiri
Ajaran Musashi tidak hanya relevan di medan perang, tetapi
juga dalam kehidupan modern yang penuh distraksi dan tekanan. Dengan menjalani
prinsip-prinsip mindfulness, kita bisa mengurangi overthinking,
meningkatkan fokus, dan hidup dengan lebih bermakna.
Kamu tidak perlu menjadi samurai atau ahli pedang untuk
mengikuti jejak Musashi. Cukup mulai dengan menyadari bahwa hidup ini adalah
milikmu. Ambil kendali, hadapi kenyataan, kendalikan nafsu, dan jangan takut
berjalan sendiri saat dibutuhkan.
Jika kamu merasa sulit memulai perjalanan ini, tidak ada
salahnya mencari bantuan profesional. Misalnya, melalui program konsultasi atau
mentoring untuk pengembangan diri. Ingat, transformasi besar dimulai dari
langkah kecil yang dilakukan dengan kesadaran penuh.
Hidup yang berkesadaran bukanlah hidup yang bebas masalah,
tetapi hidup yang dijalani dengan kendali penuh atas pikiran dan tindakan.
Jadilah samurai dalam hidupmu sendiri, menjadi kuat, penuh kesadaran, dan tak
tergoyahkan.***
